Karbu
tersebut beri umpan pada mesin Yamaha RX-Z. Tentu saja mesinnya sudah
spesifikasi drag bike. Ini motor merajalela di empat kelas bila di Jawa
Timur, asal motor ini. Makanya dibawa ke kelas Sport Tune-Up 155 cc
untuk mengalahkan Ninja.
Kompresi
untuk ukuan 2-tak katanya sudah sangat tinggi. Tapi Batank tak mau
sebut pastinya. Lagian dia mengukur kompresi dari TMA, bukan tinggi
lubang buang seperti patokan menghitung kompresi 2-tak. Katanya 13:1 dan
sekaligus Batank tak memberi ukuran buret ruang bakar bagian dari
kalkulasi kompresi. Wah, macam kompresi juga dia ngotot nggak mau ngasih tahu.
Hanya
tinggi lubang buang yang diceritakan dengan cermat dan detil. Itu pun
masih berbau teka-teki pada angka penentu menghitung kompresi tersebut.
Yakni 26 mm dari standar 28,5 mm. Wah hanya dicukur 2,5 mm dong, itu
diukur dari bibir silinder. Sedang exhaust yang menuju pada kenalpot, dibikin model oval mirip telur yang lebarnya 42 mm.
Katanya
sih dengan ukuran-ukuran macam itu sirkukasi gas buangnya cepat dibuang
dan cepat juga kembali ke ruang bakar. Yang kembali ke ruang bakar itu
adalah yang gagal dibakar ala 2-tak. Yang gagal-gagal ini diklaim hanya
25 persen dan yakin ikut berturbulensi ulang ke ruang bakar lantaran
dibantu kenalpot AHM. Ini pipa pelas gas buang telah terbukti mudah
panas dan mudah juga melepas panas.
Pemampatan
memang berpengaruh pada cabut-cabut mesin sejak start sampai finish di
trek lurus. “Tapi apa artinya kompresi bila tidak sesuai dengan timing
pengapian? Justru ketetapan pembakaran bersamaa dengan langkah kompresi
adalah penentunya,” kata Batank yang bernama asli Dwi Prasetyo tersebut.
Ttitik busi memercik dihitung cermat dengan dial pada 140sebelum
TMA. Waktu ledakan terus berulang setiap 0.002 detik, wuih. Settingan
pengapian seperti itu sesuai hitungan suplai karbu PWK tadi yang maunya
di putaran tinggi. Ya asal tahu saja RX-Z ini menggunakan perangkat
pengapian YZ keluaran 2001. "Agak liar memang, tapi itulah karakter
Batank saat membawa motor di arena drag yang membesarkan namanya," kilah
Ferry, bos tim Majestic motor ini dari Palembang, Sumsel.
KOMPRESI PRIMER
Salah satu kelebihan RX-Z adalah kaya torsi dengan basis stroke atau langkah piston yang sudah dekat-dekat dengan diameter silinder. Namanya kelebihan mesti dioptimalkan. Utamanya lewat kompresi bawah dan kruk-as. Juga kelebihan balanser yang meminimalisir getararan dan memudahkan atur kompresi primer sebagai kekuatan mesin 2-tak.
Paling utama lagi dengan kombinasi red valve atau membran bersama rumahnya. Ini masih satu jurus dengan karbu tadi. RX-Z ini menggunakan V-Force 4 yang sudah terkenal mampu mempercepat aliran gas dan efesien menutup
celah pada kompresi bawah. Lidahnya dari karbon kualitas tinggi yang
kerjanya otomatis membuka sesuai tekanan kompresi dengan tingkat rpm.
Crank case atau ruang kruk-as hanya bagian-bagian tertentu yang ditambah dan diarahkan membantu aliran gas masuk dari kompresi primer. Kruk-asnya
sendiri tetap standar dan hanya dibalancing ulang pada tukang bubut.
Hasilnya memang sahut menyahut dengan kompresi atas atau kompresi yang
terjadi di ruang bakar.
Tetap saja yang namanya porting balap fokus pada blok silinder. Di situ kan ada intake port, exhaust port, dan transport port.
Soal lubang buangnya kan sudah diceritakan di atas tadi. Yang masuknya
dengan jurus korek 2-tak yang setiap pintunya dibikin tirus. Tinggi transfernya sendiri 42,5 mm.
DATA MODIFIKASI
Motor : Yamaha RX-Z
Pembalap : Sony Ancol
Kelas : Sport 2-Tak 140 cc, Sport 2 –Tak 155 cc,
Ban belakang : IRC Eat My Dust 60/80-17
Pelek depan-belakang : TK
Sok depan : FU
Sok belakang : YSS
Cakram depan : TDR
Gigi Rasio
1 : 15/30
2 : 20/26
3 : 23/28
4 : 19/27
5 : standart
6 : standart
Ketebalan paking : 0,6 mm
Pengapian (CDI, magnet, koil) : YZ 125
Busi : Iridium
Karburator : PWM 38 (150/60)
Membran : V-Force 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar